local food
1. sinonggi
Sinonggi adalah
makanan khas suku Tolaki dari Sulawesi Tenggara, Indonesia, yang terbuat
dari pati sari sagu. Suku Tolaki
memiliki tradisi menyantap sinonggi bersama-sama yang disebut mosonggi.
Bagi Suku Tolaki, sinonggi merupakan makanan pokok yang kini telah mengalami
pergeseran makna dan bersaing dengan nasi.
Deskripsi
Sinonggi
adalah makanan pokok Suku Tolaki yang
terbuat dari pati sari sagu. Di Sulawesi Selatan, masakan
yang serupa dikenal dengan nama kapurung dan di Kepulauan Maluku disebut papeda. Meski
masakan-masakan tersebut memiliki kemiripan bahan, cara penyajiannya berbeda.
Untuk sinonggi, tepung sagu yang sudah dimasak tidak dicampurkan dengan
sayur, kuah ikan, sambal ("dabu-dabu"), atau
bumbu lainnya, namun tergantung selera masing-masing. Bagi suku Tolaki,
sinonggi dahulu merupakan makanan pokok, namun saat ini telah menjadi makanan
sekunder pengganti beras pada
masa paceklik.
Sejarah
Walaupun
merupakan makanan khas Suku Tolaki, belum ada yang mengetahui sejak kapan Suku
Tolaki mengonsumsi sinonggi. Namun, makanan ini sudah ada sejak ratusan tahun
silam layaknya beras. Mitos Tolaki menyebutkan bahwa pohon sagu bahan baku
Sinonggi tumbuh dengan sendirinya di perkampungan Kuko Hulu di Sungai Konaweha, yang kini bernama Latoma Tua. Dalam bahasa Tolaki, ia disebut
"sowurere", yang artinya "suatu kampung yang ditumbuhi ribuan
pohon sagu". Lokasinya persis di dekatTongauna, Kecamatan Ulu Iwoi, Kabupaten Kolaka. Versi lain
menyebutkan bahwa pohon sagu yang tumbuh di rawa-rawa tersebut, sebetulnya
berasal dari Maluku.
Nama sinonggi diyakini
budayawan lokal berasal dari kata posonggi. Posonggi atau o
songgi (bahasa Tolaki) merupakan alat mirip sumpit terbuat dari
bambu yang dihaluskan dengan ukuran panjang kurang dari sepuluh sentimeter.
Alat inilah yang digunakan untuk mengambil sinonggi dari tempat
penyajian. Dengan cara digulung, sinonggi diletakkan ke piring yang
telah diisi kuah sayur dan ikan serta bumbu lainnya. Gulungan sinonggi di
piring kemudian dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam mulut menggunakan alat
serupa yang berukuran lebih kecil atau dengan jari. Sinonggi biasanya tidak
dikunyah, tetapi ditelan langsung.
Dahulu orang
tua menyimpan sinonggi dalam dulang yang terbuat
dari kayu. Dulang dalam bahasa Tolaki adalah "odula". Seiring
perubahan zaman, sinonggi mulai tidak disimpan dalam dulang kayu melainkan
dalam baskom. Perubahan ini diyakini penikmat sinonggi telah
mengurangi kelegitan rasanya yang khas. Begitu pula dengan penggunaan posonggi yang
menghilang, saat ini orang lebih banyak langsung menggunakan tangan atau
memakai sendok untuk mengkonsumsi sinonggi.
Cara memasak
Sebelum
dimasak, pati sagu direndam di dalam baskom, atau sejenisnya, dengan
menggunakan air dingin selama satu malam kemudian dibiarkan hingga mengendap.
Selanjutnya air dibuang. Ketika akan diolah, sagu dicairkan dengan air dingin
secukupnya, lalu, disiram air mendidih sedikit demi sedikit sambil sagu
diaduk-aduk hingga mengental.
Umumnya
makanan siap saji seperti sayur, kuah ikan, serta sambal sudah disiapkan
sebelum sinonggi siap, supaya dapat langsung disantap saat sinonggi masih
panas. Sayur dan sambal biasa juga ditambah dengan daun kemangi dan jeruk purut (disebut
"jeruk Tolaki" di Kendari).
Rending
Rendang atau randang adalah
masakan daging bercita rasa
pedas yang menggunakan campuran dari berbagai bumbu danrempah-rempah. Masakan ini
dihasilkan dari proses memasak yang dipanaskan berulang-ulang dengan santan kelapa. Proses memasaknya
memakan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam) hingga kering dan
berwarna hitam pekat. Dalam suhu ruangan, rendang dapat bertahan hingga
berminggu-minggu. Rendang yang dimasak dalam waktu yang lebih singkat dan
santannya belum mengering disebut kalio, berwarna coklat terang keemasan.
Rendang dapat
dijumpai di Rumah
Makan Padang di seluruh dunia. Masakan ini populer di Indonesia dan
negara-negara Asia
Tenggara lainnya, seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina, dan Thailand. Di daerah
asalnya, Minangkabau,
rendang disajikan di berbagai upacara adat dan perhelatan istimewa. Meskipun
rendang merupakan masakan
tradisional Minangkabau, masing-masing daerah di Minangkabau
memiliki teknik memasak serta pilihan dan penggunaan bumbu yang berbeda.
Pada tahun 2011, rendang dinobatkan sebagai hidangan yang
menduduki peringkat pertama daftar World's 50 Most Delicious Foods (50
Hidangan Terlezat Dunia) versi CNN International.
Rendang juga
dimanfaat sebagai bantuan pangan bagi korban bencana alam karena tahan lama dan
kandungan gizinya, seperti pada gempa
bumi Lombok 2018 dan gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018
Kandungan bahan dan cara memasak
Rendang
adalah masakan yang mengandung bumbu rempah yang kaya. Selain bahan dasar
daging, rendang menggunakan santan kelapa (karambia), dan
campuran dari berbagai bumbu khas yang dihaluskan di antaranya cabai (lado), serai, lengkuas, kunyit, jahe, bawang putih, bawang merah dan aneka bumbu lainnya yang biasanya disebut
sebagai pemasak. Keunikan rendang adalah penggunaan bumbu-bumbu alami,
yang bersifat antiseptik dan membunuh bakteri patogen sehingga bersifat sebagai
bahan pengawet alami. Bawang putih, bawang merah, jahe, dan lengkuas diketahui
memiliki aktivitas antimikroba yang kuat. Tidak mengherankan jika rendang dapat
disimpan satu minggu hingga empat minggu.
Proses
memasak rendang asli dapat menghabiskan waktu berjam-jam (biasanya sekitar
empat jam), karena itulah memasak rendang memerlukan waktu dan kesabaran. Potongan
daging dimasak bersama bumbu dan santan dalam panas api yang tepat, diaduk
pelan-pelan hingga santan dan bumbu terserap daging. Setelah mendidih, apinya
dikecilkan dan terus diaduk hingga santan mengental dan menjadi kering. Memasak
rendang harus sabar dan telaten ditunggui, senantiasa dengan hati-hati
dibolak-balik agar santan mengering dan bumbu terserap sempurna, tanpa
menghanguskan atau menghancurkan daging. Proses memasak ini dikenal dalam seni
kuliner modern dengan istilah 'karamelisasi'. Karena menggunakan banyak jenis
bumbu, rendang dikenal memiliki citarasa yang kompleks dan unik.
sejarah
Asal usul
rendang ditelusuri berasal dari Sumatera, khususnya Minangkabau. Bagi
masyarakat Minang, rendang sudah ada sejak dahulu dan telah menjadi masakan
tradisi yang dihidangkan dalam berbagai acara adat dan hidangan keseharian.
Sebagai masakan tradisi, rendang diduga telah lahir sejak orang Minang
menggelar acara adat pertamanya. Kemudian seni memasak ini berkembang ke
kawasan serantau berbudaya Melayu lainnya; mulai dari Mandailing, Riau, Jambi,
hingga ke negeri seberang di Negeri Sembilan yang
banyak dihuni perantau asal Minangkabau. Karena itulah rendang dikenal luas
baik di Sumatera dan Semenanjung Malaya.
Sejarawan Universitas
Andalas, Prof. Dr.
Gusti Asnan menduga, rendang telah menjadi masakan yang
tersebar luas sejak orang Minang mulai merantau dan berlayar ke Malaka untuk berdagang
pada awal abad ke-16. “Karena perjalanan melewati sungai dan memakan waktu
lama, rendang mungkin menjadi pilihan tepat saat itu sebagai bekal.” Hal
ini karena rendang kering sangat awet, tahan disimpan hingga berbulan lamanya,
sehingga tepat dijadikan bekal kala merantau atau dalam perjalanan niaga.
Rendang juga
disebut dalam kesusastraan Melayu klasik seperti Hikayat
Amir Hamzah yang membuktikan bahwa rendang sudah dikenal dalam
seni masakan Melayu sejak 1550-an (pertengahan abad ke-16).
Kelahiran
rendang tak luput dari pengaruh beberapa negara, misalnya bumbu-bumbu dari
India yang diperoleh melalui para pedagang Gujarat, India. Karena diaduk
terus-menerus, rendang identik dengan warna hitam dan tidak memiliki kuah.
Rendang kian
masyhur dan tersebar luas jauh melampaui wilayah aslinya berkat budayamerantau suku
Minangkabau. Orang Minang yang pergi merantau selain bekerja sebagai pegawai
atau berniaga, banyak di antara mereka berwirausaha membuka Rumah
Makan Padang di seantero Nusantara, bahkan meluas ke negara
tetangga hingga Eropa dan Amerika. Rumah makan inilah yang memperkenalkan
rendang serta hidangan Minangkabau lainnya secara meluas. Ketenaran rendang
telah membuatnya rendang dinobatkan sebagai hidangan yang menduduki peringkat
pertama daftar World's 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat
Dunia) versi CNN International tahun 2011.
Selain pada
acara adat, rendang juga menjadi pilihan menu saat mengolah daging kurban yang
melimpah saat hari raya Idul Adha. Rendang juga menjadi makanan yang disajikan
khusus untuk hari raya Idul Fitri. Rendang juga telah menjadi salah satu pilihan
barang bantuan yang dikirimkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sebagai
bantuan pangan bagi korban bencana di daerah lain. Hal ini pertama kali
dilakukan pada tahun 2016 saat terjadi gempa bumi di Pidie Jaya, Aceh dan dilakukan pula padagempa
bumi Lombok 2018.
jenis
Dalam memasak
daging berbumbu dalam kuah santan, jika ditinjau dari kandungan cairan santan, sebenarnya terdapat
tiga tingkat tahapan, mulai dari yang terbasah berkuah hingga yang terkering: Gulai — Kalio — Rendang. Dari
pengertian ini rendang sejati adalah rendang yang paling rendah kandungan
cairannya. Akan tetapi secara umum dikenal ada dua macam jenis rendang: rendang
kering dan basah.
Rendang kering
Rendang
kering adalah rendang sejati dalam tradisi memasak Minang. Rendang ini dimasak
dalam waktu berjam-jam lamanya hingga santan mengering dan bumbu terserap
sempurna. Rendang kering dihidangkan untuk perhelatan istimewa, seperti upacara
adat, kenduri, atau menyambut tamu kehormatan. Rendang kering biasanya berwarna
lebih gelap agak coklat kehitaman. Jika dimasak dengan tepat, rendang kering
dapat tahan disimpan dalam suhu ruangan selama tiga sampai empat minggu, bahkan
dapat bertahan hingga lebih dari sebulan jika disimpan di kulkas, dan enam
bulan jika dibekukan. Beberapa kalangan berpendapat bahwa citarasa rendang asli
Minang adalah yang paling lezat dan tiada dua — jauh berbeda dengan rendang di
sejumlah kawasan Melayu lainnya
Rendang basah atau Kalio
Rendang
basah, atau lebih tepatnya disebut kalio, adalah rendang yang dimasak
dalam waktu yang lebih singkat, santan belum begitu mengering sempurna, dan
dalam suhu ruangan hanya dapat bertahan dalam waktu kurang dari satu minggu.
Rendang basah berwarna coklat terang keemasan dan lebih pucat.
Rendang juga
dikenal di negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura. Rendang yang
ditemukan di Malaysia lebih mirip kalio, berwarna lebih pucat dan basah
dengan citarasa yang tidak begitu kuat. Rendang Malaysia yang disebut rendang
kelantan dan rendang negeri sembilan memiliki perbedaan dengan rendang
Indonesia. Proses memasak rendang di Malaysia, lebih singkat dan melakukan
pengentalan bumbu dengan dicampur kerisik (kelapa parut
yang disangrai), bukan dengan proses pemasakan dengan api kecil dalam waktu
yang lama. Karena keterkaitan sejarah melalui kolonialisasi, rendang juga dapat
ditemukan di Belanda,
juga dalam bentuk kalio, tetapi umumnya disajikan sebagai salah satu bagian
dari lauk-pauk Rijsttafel
Komentar
Posting Komentar